Aku dan Kamu, bukan Kita

Ini bukan puisi, bukan pula cerita pendek. Kurang tepat bila disebut curahan hati, tapi ini tidak sama sekali fiktif. Entahlah.. yang pasti, ini tentang aku dan kamu. Ingat ya, aku dan kamu, bukan sama sekali tentang kita, karena aku dan kamu tidak satu. Memang tidak pernah bersatu, sebab tak ada apapun yang mengikat aku dan kamu. Ya, aku berbicara tentang kejelasan, atau yang sering disebut orang "status". Namun, soal hati siapa yang tau... Hatimu? Hatiku? Atau, yang pernah menjadi hati "kita" saat sakitku jadi sakitmu dan senangmu jadi senangku.

Awalnya...
Kau kulihat, tapi tak pernah kuperhatikan. Aku tau namamu, tapi aku tak pernah tau kau ada, ada di sekitarku. Aku memang tak menutup, tapi tak pernah terpikir olehku bahwa kau yang kemudian akan masuk. Yasudah, kubiarkan saja kau singgah, walau aku tak tau untuk berapa lama. Rupanya kau betah dan kegiatanmu merapikan"nya" juga kerja bagus. Sebut saja "" sebagai "nya".
Aku suka kerjamu.
Aku mau kau bertahan dalam pekerjaanmu.
Aku senang.
Aku senang kau singgah dalam hatiku dan menatanya dengan baik.
Atau katakan saja, aku tak dapat memungkiri bahwa kau berhasil membuatku nyaman.
Aku tak dapat membohongi diri bahwa aku mulai menyukaimu juga.

Tapi aku larut. Aku tenggelam dalam rasa nyaman yang kau ciptakan. Jutaan pesan gangguan yang menemani malamku, segenap perhatian yang menambah semangatku, dan pebincangan-menimbulkan-tawa yang setiap hari kau buat semakin membuatku merasa gagal untuk mencapai permukaan, meraih pintu keluar. Karena aku semakin tenggelam, aku semakin tersesat.

Lalu...
Setelah sekian lama singgah, akhirnya kau bosan juga kan? Atau kau belum siap untuk tidak sekadar singgah namun menetap? Atau kau tertarik bekerja pada "tempat lain" yang jauh lebih menarik? Entahlah, hanya kau dan Tuhan yang tau jawabannya.

Tapi kau tidak sopan! Aku tidak suka caramu datang tanpa diundang dan tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas. Kau tak pernah mengatakan apapun tentang kepergianmu. Aku tidak memaksamu untuk berbicara. Aku memang tidak memaksamu untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Ya aku tau aku tidak bisa memaksamu untuk menjelaskan yang sebenarnya tidak jelas. Sebab siapakah aku sehingga aku dapat memaksamu memenuhi permintaanku? Tapi... kau seenaknya membuat "tempat-singgah-sementaramu" berantakan lagi! Kau tidak berusaha merapikannya lagi! Kau jahat! Kau tega! Kau tidak jelas!

Aku tau... aku dan kamu memang tak sempat bersatu. Tapi aku tau bagaimana rasanya berpisah... atau lebih tepatnya, ditinggalkan berjuang sendirian. Karena akhirnya, hanya aku dan "tempat-singgah-sementaramu" yang kau kacaukanlah yang tersisa. Tapi, terima kasih. Terima kasih untuk sudah pernah singgah walau sementara. Terima kasih untuk warna-warni yang kau buat dalam hidupku. Terima kasih untuk pernah menyayangiku. Terima kasih untuk pernah menasihatiku kala aku membandel. Terima kasih untuk pernah ada saat aku butuh penghibur. Terima kasih untuk pernah menyemangatiku di setiap pagi yang lalu-lalu. Terima kasih juga untuk pernah meninggalkanku, sendiri dan tanpa alasan yang jelas. Terima kasih untuk pernah menyakitiku, sebab karenamu aku belajar untuk tidak lagi mempercayai dan berharap pada manusia sebegitu besarnya. Ya, aku berhasil menyatukan kepingan-kepingan hati yang pernah sengaja kau lemparkan begitu saja.
Terima kasih untuk segalanya.

Untukmu, yang kuharap segera menemukan tempat hatimu akan menetap.
Dariku, yang dulu pernah kau inginkan menjadi tempat hatimu akan menetap.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer